Menjadi Ruang Budaya, Roemah Martha Tilaar Gelar Pengenalan Tradisi Budaya Imlek

image

Roemah Martha Tilaar atau biasa kita sebut dengan RMT bukanlah sekadar rumah peninggalan orangtua DR. (H.C) Martha Tilaar yang kemudian dijadikan museum dan tempat wisata di Gombong, Kebumen. Lebih dari itu, Roemah Martha Tilaar menjadi ruang ekspresi bagi banyak komunitas mulai dari  komunitas sastra, komunitas UMKM lokal, hingga komunitas budaya. Di Roemah Martha Tilaar, komunitas-komunitas ini kerap berkumpul untuk membahas, berdiskusi dan memperkenalkan tradisi dan budaya Indonesia, khususnya Gombong.

Dalam salah satu agenda yang baru saja dilaksanakan dalam rangka Imlek kemarin, tim Roemah Martha Tilaar mengundang komunitas sejarah dan komunitas sastra untuk berkumpul, berdiskusi, dan memperkenalkan makna imlek kepada masyarakat dari berbagai kalangan, di antaranya anggota komunitas, gereja, murid-murid sekolah, pengusaha, bahkan ibu rumah tangga. Ada dua agenda acara yaitu Pengenalan Tradisi Budaya Imlek yang diadakan pada 30 Januari 2022 dan Malam Puisi “Pulih dalam Asa” yang diadakan tanggal 5 Februari 2022.

Pengenalan Tradisi Budaya Imlek
Roemah Martha Tilaar merupakan peninggalan leluhur yang tidak lain adalah seorang saudagar Tionghoa yang juga merupakan kakek dari DR. Martha bernama Liem Siaw Lam. Tidak heran jika Roemah Martha Tilaar akan selalu lekat dengan tradisi Imlek. Di adakan di teras depan rumah, acara Pengenalan Tradisi Budaya Imlek bertujuan memperkenalkan tradisi Imlek, di antaranya makna Imlek dan makna sesajian.

Beberapa makna menarik dalam tradisi Imlek yang dibagi pada hari itu antara lain ternyata tradisi kumpul-kumpul bersama keluarga di tahun baru Tionghoa itu direpresentasikan oleh kue keranjang yang melambangkan eratnya hubungan kekeluargaan dan persabatan. Lalu tentang sesajian, sesajian dalam sembahyangan layaknya doa, penuh dengan makna dan harapan. Seperti 'apel' (ping guo) yang berhomofon sama dengan 'keselamatan' (ping an) atau 'jeruk' (ji zi) berhomofon sama dengan 'rejeki' (ji), ada hasil akulturasi dengan tradisi lokal yang juga terjadi, seperti adanya sambal goreng ataupun kue wajik berbentuk gunungan.

Acara juga diisi dengan ragam permainan seru seperti memindahkan biji kopi dengan sumpit, serta mecicipi jajanan peranakan yang lezat seperti kembang tahu dan roti kompyang. Acara ini dipandu langsung oleh tim Roemah Martha Tilaar dan narasumber Bagus Setiawan, seorang anggota komunitas sejarah asal Gombong, yang dikenal sebagai spesialis budaya Tionghoa.

Malam Puisi “Pulih dalam Asa”
Bekerja sama dengan Rina Indriana dan Opie, relawan RMT sejak tahun 2017, sebagai Co-organizer, acara Malam Puisi “Pulih dalam Asa” juga diadakan di teras depan Roemah Martha Tilaar, enam hari setelah acara Pengenalan Tradisi Budaya Imlek. Malam puisi ini diadakan dengan tujuan untuk mengumpulkan kembali teman-teman sastrawan yang vakum selama masa pandemi, sementara itu tema "Pulih dalam Asa" untuk menggambarkan harapan baru di tahun yang baru.

Total ada delapan orang penyair dari komunitas Lisong (Lingkar Sastra Gombong) yang turut menyumbangkan karya dan tampil dalam pementasan mini hari itu. Mereka adalah Anom, Itha, Koes, Tetuko, Apri, Wildan, Amel, dan Nia. Dari acara ini, teman-teman komunitas sepakat untuk membuat antologi puisi dan pementasan di Roemah Martha Tilaar setiap empat bulan sekali.

Hari itu, sekali lagi misi Roemah Martha Tilaar menjadi wadah pelestarian budaya telah terlaksana. Lewat kegiatan-kegiatan budaya seperti ini, Roemah Martha Tilaar berharap generasi muda akan selalu menghargai dan mencintai budaya dan tradisi lokal yang menjadi akar tumbuh dan hidupnya masyarakat Indonesia.
Salam Beautifying Indonesia!

IMG